do not piracy!

do not piracy!
this blog is my creativity

Jumat, 22 November 2013

novela : 22 November 2013 (2)

Pagi yang dingin, penerbangan pertama menuju Jakarta hari ini. Malam nanti aku akan menyaksikan live pertunjukan yang diinspirasikan oleh kehadiran sosok Agnes Monica di panggung pertunjukan tanah air.
Tiket masuk acara yang kuburu selama beberapa minggu terakhir akhirnya aku dapatkan. Dan sekarang, sepertinya Jakarta menjadi sangat dekat.




Logo itu tampak berkelas pada maksud dan tujuannya. Menyaksikan acara ini secara langsung mungkin bukan bagian pentingnya, tapi menyerahkan titipan Dahlia, entah bagaimana caranya.
***
Acara yang panjang, penampil-penampil yang diasah kemampuannya dengan baik. Seorang Agnes Monica duduk sebagai Juri dan Headmaster. Jantungku berdetak semakin cepat saat acara mendekati akhir, seorang gadis kecil menepuk pundakku.
"Kakak sakit?" Aku terkejut dengan sapa itu, tapi diantara riuh menjelang titik akhir acara, aku menyadarinya.


"Tidak, tapi..." Aku tidak berani menjelaskannya, aku hanya menjawabnya dengan tersenyum.
"Ada apa Chloe?" Seseorang menyapa gadis kecil itu.
"It's Ok, Pa. Aku pikir kakak ini sakit, dia berkeringat sejak tadi." 
Aku menyentuh pelan dahiku, dan memang aku tidak menyadari kalau sedari tadi aku berkeringat, keringat dingin.
"Saya baik-baik saja. Kalau boleh saya bertanya, anda manager Agnes Monica?" Aku memberanikan diri, pahit dilidahku terasa menjadi. Tapi lelaki itu mengangguk, aku rasa aku bisa mengendalikan rasa sakitku karena grogi berkepanjangan ini.
"Seharusnya saya bisa menyerahkan titipan ini langsung pada Agnes, tapi kalau mungkin terlalu ramai, boleh saya menitipkannya pada anda. Ini hadiah dari kakak saya untuk Agnes, dia baru saja meninggal dua minggu yang lalu." Aku menyodorkan kotak rahasia Dahlia pada lelaki itu.
"Akan saya sampaikan." Dia menerimanya, dan tak kusadari acaranya sudah selesai. Semua orang selesai dengan keriuhan, dan aku membeku dalam keramaian pintu keluar.
***
Pemakaman yang berlalu, dan hangat dalam hening pagi hari. Aku memandangi batu nisan dihadapanku. Dahlia Hening, dan aku tetap tak bisa menahan air mataku yang basahi pipi.
Aku membuka lipatan secarik kertas yang sudah kubaca berkali-kali dari sejak aku terima kemarin, dan aku membacakannya untuk Dahlia.

Dear Aliya.
Hai Dahlia.
Surat panjang Aliya, dan karyamu Dahlia, itu sangat menyentuh.
Walau aku belum bisa menemui kalian langsung, tapi setidaknya aku mau menyampaikan, aku sudah terima hadiah ini.
Semoga kita bisa segera berjumpa.

Agnes Monica.

Sekali lagi aku mengusap pipiku, menyusut air mata ini. Kali ini aku harus menulis lanjutan kisah Dahlia, mungkin dalam bahasa yang lebih baik lagi.

*selesai*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar