do not piracy!

do not piracy!
this blog is my creativity

Selasa, 09 Mei 2017

novela : remake - pernikahan kedua (2-1)

(ii)
Jatuh Cinta

Kalau laki-laki dilarang nge-gombal, abaikan saja cerita ini. Tapi kalau kamu mau tau tentang bagaimana aku bisa menikahi seorang perempuan cantik, kaya, dan juga punya karir bagus. Lanjutkan.



Kisah ini aku mulai dari, kepulanganku dari Inggris di usiaku yang ke-23. Aku dapat kesempatan mencicipi magang di beberapa kota di Inggris. Dua bulan di London, satu bulan di Oxford, dan beberapa minggu berkeliling semua kota. Mencicip kopi, menjajal banyak café, mengenal bagaimana Inggris menjadi tempat menyenangkan untuk belajar memulai bisnis.

Bisa dibilang, sejak almarhum papa menghadiahkan aku sebuah kamera manual SLR yang sangat jadul, juga satu set alat penyeduh kopi dan aku baru tau namanya vacuum-brewer favoritnya, aku jadi punya cita-cita menjadi seorang barista. Hanya saja ternyata mama memintaku untuk melanjutkan bisnis keluarga yang bergerak dibidang ekspor-impor. Walhasil, aku mengambil kesepatan magangku untuk mencicipi lebih banyak pengalaman, yang aku tau akan sulit aku dapatkan jika aku sudah mengambil alih tugas mama seluruhnya.

Tapi apa hubungannya dengan kamera? 

Saat akhir masa kuliah, akhirnya aku mencoba mengikuti beberapa pelatihan fotografi. Dan aku tau bahwa setiap hal bisa digambarkan dengan detail, hingga bagaimana rasa benda itu, dari sebuah foto. Jadilah fotografi dan kopi inspirasi bisnisku selanjutnya.

Enam bulan di Inggris, dan penerbanganku harus delay beberapa jam karena masalah cuaca. Hujan deras, secangkir kopi, juga sebuah majalah bisnis menjadi pelarianku mengusir sepi. Hingga akhirnya aku menaiki pesawat, dan berbekal music-player dan sebuah majalah mode yang aku beli bersama beberapa bacaan lainnya menjadi obat tidurku.

Pramugari menawarkan minuman, dan aku memesan hot-chocolate. Seorang gadis dikiriku, dia duduk dekat jendela, memesan hot-tea. Dan seorang bapak-bapak dikananku terngah tertidur dengan penutup mata dan dengkuran halusnya.

“May I borrow your magazine?” Dari nada dan gaya bicaranya, aku tau dia orang melayu.
“Please.” Aku menyodorkan dua majalahku padanya, dia mengambil majalah mode yang ternyata sebagian besar isinya adalah katalog produk.

“Where are you going?” Aku melihat wajah gadis itu, tampak tak asing. 
“Going home.”
“Malaysia?” Tanyaku.
“No, Indonesia.”
“Saya asli Malang.” Aku mencoba terseyum.
“Oh?” Wajahnya tampak terkejut, tapi aku tidak.
Dia tampak canggung, tapi kemudian pramugari yang lain mengantarkan minuman kami, dia berusaha mengabaikanku. Jadi kuputuskan untuk kembali tidur setelah menghabiskan minuman dan makananku.

Aku berusaha untuk tidak mengganggu kesibukan gadis itu. Entah apa yang dia dengar dari head-set yang menutupi telinganya, aku masih membolak-balik majalahku.
“Apa pendapatmu tentang majalah itu?” Dia menatap pada majalah yang sedang kupegang.
“Ini ternyata bukan majalah, bisa dibilang ini katalog mode. Mungkin akan saya berikan pada saudara atau teman perempuan setibanya nanti dirumah.” Jawabku apa adanya.
“Bagaimana dengan wajah di cover-nya?” Aku segera menutup majalah yang terbuka, dan mengamati gambar sampul majalah itu.
Seorang perempuan cantik dengan rambut coklat tua dan beberapa hi-lite yang ditata apik. Busana formal dengan tone warna krem yang sedang hits musim ini. Make-upnya sangat sederhana, tapi dia terlihat sempurna dengan penampilannya. Aku tidak menjelaskan semua detailnya pada perempuan itu, yang keluar hanya, “Bagus. Modelnya cantik.”

Aku melirik pada gadis itu sesaat, dia tidak merubah ekspresi wajahnya.
“Menurutmu dia cantik? Kalau begitu seleramu bukan perempuan Eropa dengan rambut pirang, kulit pucat?” Kalimatnya seperti menjebak, tapi aku paham apa maksudnya.
“Walau mereka bilang ras Eropa itu istimewa, tapi sebagai orang asia, terlebih asia tenggara, dan saya asli Indonesia, sepertinya wajah cantik asli Indonesia masih akan lebih menarik perhatian saya.” Dan kutemukan segaris senyuman dibibirnya.
“Saya Aleena, a half british and a half Indonesian.” Dia menyodorkan tangan kanannya, aku menyambutnya.
“Saya Syaamil, mahasiswa yang baru pulang magang. Asli Malang, Jawa Timur, Indonesia Raya.” Dan sederet gigi yang rapi  menghiasi senyuman Aleena.

“Oh, kamu model itu?” Aku seperti mendapat pencerahan, dan menatap lagi wajah model di halaman sampul majalah mode milikku.

Dia menahan tawa geli-nya, tapi kemudian aku tau, warna cantik itu tidak pudar, walau dia tidak ber-make-up selengkap di foto wajahnya pada sampul majalah itu.


(bersambung)

@claurakiehl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar