Bercermin pada masa lalu, mencinta itu karena kerelaan
memaafkan …
Awal perjalanan pernikahanku dengan Mas Rindang terkesan
biasa saja. Kami menyewa satu flat kecil, dengan satu kamar tidur. Ruang tamu
yang multifungsi menjadi; ruang kerja, perpustakaan, dan tempat kami
menyibukkan diri dengan kesenangan-kesenangan kami. Menonton serial science
favoritku, atau aku terlelap disisinya yang asik menikmati film perang. Di
akhir pekan kami kadang masih harus lembur untuk beberapa project atau
sayembara. Terlalu sederhana.
Satu tahun berlalu tanpa memori spesial dalam catatan
harianku. Ah, ya… aku mencatat semua kejadian penting kami, tapi melupakannya
setelah menuliskannya.
Satu yang aku tulis besar-besar adalah saat desainku
memenangkan sebuah sayembara. Tapi ternyata tidak ada tanggal pasti kapan
desain itu akan diwujudkan. Perayaan tahun pertama pernikahan kami, Mas Rindang
menghabiskan waktu di kantornya, walau aku sudah menyiapkan makan malam istimewa tapi aku tidak bisa menuliskan hal yang berkesan dari hari itu.
Bulan ke-15 pernikahan kami, aku memeriksa kalenderku. Dan
ternyata aku sudah terlambat haid sepuluh hari. Ragu-ragu, aku membeli dua buah
test-pack. Yang kuingat, malam itu aku tidur sendiri dengan gelisah. Mas
Rindang sudah dua hari tugas ke Jakarta. Saat sebelum subuh aku mencoba
test-pack-nya. Lima menit diam di kamar mandi jadi terasa sangat lama.
Tanda positif itu muncul, dan air mataku tumpah tanpa bisa
kutahan.
Dalam sujud panjangku, aku meminta agar aku bisa menerima
titipan Tuhan ini dengan sebaik-baiknya. Aku berjanji pada diriku, akan
berusaha sebaik dan sebisaku untuk menjaga dan membesarkan buah hatiku ini.
.
"Ini adalah hadiah, karena kamu sudah merelakan masa lalumu. Karena kamu sudah memaafkan dia." Mas Rindang memelukku dengan hangat.
Saat dia datang, aku menyambutnya dengan pelukan, yang tidak
pernah kuberikan sebelum-sebelumnya. Aku berbisik padanya, mengabarkan
kehamilanku. Dan dia mengecup keningku, lalu mendekapku erat. Ya, ketulusannya
unuk bersabar menungguku bergerak meninggalkan masa lalu, menerima keegoisanku
yang membenci penolakan dari Lena, dan tetap mencintaiku walau aku tidak
memberikan cintaku padanya.
Mas Rindang tau tentang Syaamil. Cinta pertamaku. Dia sangat
paham, setiap detail kejadiannya hingga aku menerima lamarannya. Mas Rindang
bahkan tidak menolak dijadikan pelarian oleh seorang Alyssa. Dia melayaniku,
dia menyayangiku, dia tidak pernah bicara kasar padaku. Dan hari itu, aku tau…
aku telah melupakan rasa hatiku pada Syaamil, aku mencintai suamiku.
(bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar