do not piracy!

do not piracy!
this blog is my creativity

Minggu, 14 Juli 2013

novela : 14 Juli 2013 [ Mawar - mawar Fa ]

Tapi kali ini jadi tidak begitu hangat, karena sejak semalam tidak satu kuncup mawar pun yang siap untuk mekar. Henna berbisik padaku tentang apa yang terjadi diluar jangkauanku. Dan Sya menemaniku malam ini, berbicara pada langit, bintang, dan awan agar selalu mendukung bumi.

“Fa, ini bukan masalah sederhana.” Tanah kompos dalam genggamanku berbisik dengan kelembaban yang sejuk mengalir di permukaan kulitku.

“Masalah sederhana katanya, masalah-masalah yang selalu saja manusia sepelekan dengan mengabaikan bahkan sampai tidak mensyukuri apa yang telah Allah berikan melalui kami.” Aroma kuncup mawar dihadapanku menyampaikan rasa hatinya bersama hangat selimut yang disalutkan Sya di pundakku.

“Kamu sedang ngobrol apa dengan mereka?” Sya berbisik terbata-bata, dan menggantungkan lengannya di pundakku. Dan dalam genggaman jemarinya, jemariku mengejakan kata-kata mawar.

“Mereka bilang, Allah ingin kita lebih bersyukur, meskipun dengan duka dan air mata, Allah hanya ingin tahu seberapa besar peduli kita.” Aroma Sya yang segar mengusik sang kuncup mawar yang enggan mekar.

“Lalu bagaimana kabar bumi?”

“Bumi membacakan sebuah puisi untuk mawar malam ini, bumi bilang; Salah kalau kamu tidak mau mekar, hanya karena ingin membelaku. Seharusnya kamu membagi cinta lebih banyak dengan indah dan aromamu, agar mereka sadar dan bersyukur karena kehadiranmu.”

Subuh yang menjelma, dengan sinaran fajar nan indah menghiasi timur jauh di kaki langit. Meskipun tetap dalam gelap, aku mendengarkan angin yang menyenandungkan ayat-ayat pujian, menegur kelalaian manusia dalam mengingat Sang Pencipta Yang Maha Tinggi.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan . (Q.S. 59  AL HASYR 18)

Hangat pagi yang kurasakan bersama dengan tulus mawar-mawar yang mekar disekitarku, membagikan aroma dalam senandung yang kudengarkan, mereka menjawab sapa angin pagi ini.

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri . (Q.S. 59  AL HASYR 19)

Aku tersenyum menjawab senandung mawar, sebuah kuncup yang siap mekar di ujung jemariku melanjutkan syairnya...

Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti  kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir . (Q.S. 59  AL HASYR 21)

Satu detik, aku dikejutkan dengan suara halilintar yang berteriak dari balik awan. Mawar diujung jemariku menarik diri, berlindung di balik selimut dedaunannya yang hangat. Aku mengangkat wajahku, mencoba temukan angin yang sampaikan kabar tentang suasana hati awan dan kabar halilintar yang tiba-tiba mengejutkanku. Tapi yang datang adalah tetes-tetes air yang bersama-sama melantunkan dzikir kebanggaan mereka.

Yusabbihuu lillahi  maa fissamaawaati wa maa fil ardh, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir... (Q.S. 64 AT TAGHAABUN 1)

Air mataku meleleh basahi pipi, Sya yang menemukanku dalam basah di ruang pembibitan membawaku kembali ke dalam rumah. Jantungku berdetak kencang mendengarkan ayat-ayat yang dibacakan hujan untuk seisi bumi, dan mawar-mawarku tak jadi mekar karena deras hujan membuat semuanya terlalu lembab, dingin, dan mungkin akan merusak semua keindahan yang seharusnya mereka hadirkan.


*bersambung*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar