do not piracy!

do not piracy!
this blog is my creativity

Senin, 17 Juni 2013

novela : Malika [ mimpi ke-2 ]

...

Malika adalah pusat perhatian, kecantikannya, keramahannya, dan juga pilihannya untuk duduk di pelaminan sendiri. Mereka belum pernah menemukan pesta pernikahan yang seperti itu. Sepanjang acara tak sekali pun Ghani menghampiri Malika, mereka seakan memiliki dunianya masing-masing. Terpisah namun serasi dalam nuansa kemewahan yang dirancang Malika, demi seorang Ghani.

Malam larut, dan pesta berakhir. Semua tamu sudah pulang, hening kembali pada ruang antara Malika dan Ghani yang sekarang tengah duduk berdua saja. Rumah besar dan mewah milik Ghani menjadi bingkai kebersamaan mereka malam ini. Anak tunggal Ghani, Haydn Ahsan dipulangkan kerumah sang kakek. Malika mamilih untuk menolak tawaran Ghani berbulan madu di luar kota, ia tidak ingin pernikahannya menjadi milik orang lain, hanya itu alasannya.

Ghani memandang wajah wanita cantik dihadapannya, Malika sedang membersihkan sisa perona bibirnya. Warna peach bibir Malika tampak menggoda untuk dikulum, Ghani masih harus bersabar, karena Malika masih belum beranjak dari duduknya.

“Berapa lama lagi?” Ghani menahan nafasnya saat Malika menyelesaikan usapan terakhir kapas putih di wajahnya.

“Tidak lama. Lebih baik kalau kamu mandi dulu.”

Ghani harus mengalah, dia segera beranjak dari duduknya saat Malika melemparkan handuk ke pangkuan Ghani. Ia sudah terlanjur terikat perjanjian dengan perempuan pilihannya itu, sebuah kontrak ditandatanganinya satu jam sebelum ia menerima sumpah Malika, dan ia mengucap janji dihadapan Tuhannya.

Malika Quadeisha adalah istri bagi Ghani Ahsan dihadapan Tuhan. Jiwa Malika Quadeisha, diperuntukkan bagi Ghani Ahsan yang telah menerima syarat yang diajukan Malika Quadeisha tanpa menawar. Raga Malika Quadeisha, adalah miliknya sendiri. Tidak diperjual-belikan, dan hanya dihadiahkan Malika Quadeisha pada seseorang yang diinginkannya.Harta Malika Quadeisha, menjadi haknya… …
Ghani mengeja setiap isi perjanjian itu didalam benaknya saat air tumpah dari pancuran, membasahi setiap kedukaan yang kini menghampirinya. Penyesalan yang disadarinya kemudian, mungkin tak akan terbayar dengan apapun dengan semua yang dimilikinya. Ghani mungkin merasakan matanya panas, air mata tumpah dan tubuh kokohnya berguncang. Tapi kemudian dia merasakan kelembutan menyentuh punggungnya, dan tangisnya tak lagi tertahan.

Ghani menemukan dirinya dalam dekapan istrinya sekarang, sekalipun jasadnya bukan milik Ghani, ia tidak boleh menyesal.


**bersambung**

1 komentar: