do not piracy!

do not piracy!
this blog is my creativity

Minggu, 23 Juli 2017

catatan 23072017

KETIKA MIMPIMU ADALAH SEBUAH KISAH
.
Tidur siang mungkin bukan hal wajib bagi saya, tapi seringnya saya ambil kesempatan untuk tidur sekitar satu jam di siang hari untuk sekedar mengisi ulang tenaga saya agar saat malam, setelah anak-anak tidur saya masih punya energi untuk mengerjakan apa-apa yang mau saya kerjakan.
Siang tadi saya menidurkan diri, mungkin karena sudah lewat satu jam kemudian saya bermimpi. Agak unik, karena beberapa wajah yang muncul, saya kenal. Tapi hubungan mereka dengan saya di dunia nyata, cukup berbeda. Nama yang saya sebut pun tidak sama. Jadi, saya bermimpi seperti sedang membaca sebuah cerita.
Saya akan coba ceritakan kembali, walau urutannya umungkin tidak sama persis.


.


Hari itu saya memutuskan untuk menempati kembali rumah mama yang sedang di renovasi. Walau penuh dan tampak berantakan, tapi pembangunanya sudah 90 persen rampung. Beberapa bagian dinding belum selesai di cat, pagar yang belum di rapikan, dan pintu masuk yang jadi terbatas. Tapi di rumah samping, mama menyebutnya paviliun utama, ada nenek. Nenek ibu dari papa, kami memanggilnya dengan “Mak Ni.” Entah kenapa Mak Ni yang sudah lama pergi, memutuskan untuk tinggal lagi di rumah mama. Dan walau sudah lebih satu bulan Mak Ni tinggal disana, saya belum pernah menjenguknya.

Dalam perjalanan pulang ke rumah mama, saya bertemu dengan tetangga saya, Mbak Tri. Dia bilang, kalau Mak Ni punya pembantu, dan saya kenal dengan pembantunya itu. Saat saya masuk ke rumah, si Mbak yang ternyata adalah ‘Bunda Rahma’ menyapa saya.

“Loh, Mbak?” Saya terkejut.

“Iya, aku Cuma bantu-bantu aja. Kata mamanya njenengan, Mak Ni butuh teman.” Jelasnya.

Perempuan muda yang seusia dengan saya itu, sebenarnya punya anak yang cukup banyak. Kelebihannya, dia pintar masak. Dan Mak Ni sangat suka memasak. Seumur-umur, sebenarnya Mak Ni tidak suka punya pembantu, karena sedari muda Mak Ni selalu mampu menyelesaikan semua tugas rumah tangganya dengan mendelegasikan anak-anaknya.

“Njenengan gak mau ketemu Mak Ni?” 

“Iya. Saya kesini memang karena sudah dipanggil mama buat ketemu Mak Ni.” Jawab saya.

Lalu kami masuk ke rumah. Saya melewati ruang tamu, ruang keluarga, dan sebuah ruang kerja yang menghadap ruang makan dan dapur bersih. Ada papa saya disitu sedang sibuk, tapi satu tangannya saya raih dan seperti biasa saya mencium punggung tangannya. Karena terlalu sibuk, papa tidak bicara apapun, hanya memberi kode dengan tangganya menyuruh saya masuk. Si Mbak menyusul masuk, sambil menyerahkan sebuah kunci ke papa. Lalu kami melewati sebuah lorong panjang, yang  berujung di pavilun tempat Mak Ni tinggal.

Saya cukup terkejut melihat kondisi Mak Ni. Kalau kata mama Mak Ni sedang sakit, ini tidak. Mak Ni dengan ramah menyambut saya, wajahnya cantik dan tampak segar, sehat, ceria. Kami lalu ngobrol bertiga, mencari bahan yang menyenangkan untuk didiskusikan ringan. Tentang bagaimana si mbak kerja, atau begoitu miripnya saya dengan Mak Ni waktu Mak Ni masih sangat muda. Sampai saya dengar, bel pintu depan berbunyi. Lalu saya meninggalkan si Mbak dengan Mak Ni.

Saat melewati lorong, saya menyapa seorang gadis muda, saya tidak ingat namanya, panggil saja Dian.

“Dian, kamu katanya mau parfum Oriflame? Jadi mau beli?”

“Gak ah Mbak. Kata Mbak Enna, murahan beli sama Mbak Enna.” Otak saya menginga-ingat siapa Mbak Enna. Dan setelah Dian berlalu, saya ingat kalau Mbak Enna sudah tidak kos di rumah mama lagi. Mbak Enna sudah pindah kerja.

Saya sampai di pintu depan, dan saya menemukan Bayu. Hah? Bayu? Iya… wajahnya Bayu.

“Kamu ngapain disini, Fit?” Tapi saya memanggilnya dengan nama lain. Fit? Hm…

“Katamu anak-anak mau ngumpul?” Dia melangkah masuk sebelum dipersilahkan, melewati saya dan menghilang dibalik pintu ruang tengah.

Lalu suara bel lagi beberapa detik setelah saya membalik badan. Saat membuka pintu, satu wajah perempuan muncul. Saya kenal wajahnya, tapi saya memanggilnya dengan nama Fit juga.

“Kamu janjian?” Kebingungan memaksa saya segera bangun. Tapi gadis itu masuk juga tanpa dipersilahkan.

“Aku barusan putus, dan semua orang menyoraki. Pacaran sembilan tahun, tapi ujung-ujungnya putus. Katanya mau nikah. Trus aku bakalan nikah sama siapa?” gadis itu terus saja mengomel, sambil berjalan ke ruang tengah. 

Seingatku, kami harusnya berkumpul berlima, tapi hanya ada tiga orang, dan satu lagi entah muncul dari mana. Dan kami ngobrol ‘ngalor-ngidul’ sampai pada akhirnya gadis itu bilang…

“Aku nikah sama kamu aja, deh Fit. Gimana?”

“Oke, Fit.” Si cowok menjawab. Dan aku terbangun.

.

Mimpi yang aneh?
Aneh, kalau ternyata pada kenyataannya. Mak Ni sudah meninggal lebih 20 tahun yang lalu. Ruman hama bukan kos-kosan. Dan Enna yang dimaksud Dian adalah seorang Diamond Oriflame yang saya belum pernah ketemu. Serta mereka yang memasuki rumah tanpa saya persilahkan itu… merea hanya kenalan-kenalan saya. Rasanya berteman sangat akrab pun tidak. Wajahnya saya tau, tapi nama mereka bukan nama sebenarnya dalam mimpi saya.
Lalu, apa mimpi yang berkisah seperti itu bisa dipercaya?
.
Saya selalu punya mimpi yang berkisah. Tapi sebelum-sebelumnya tidak terfikir bagi saya untuk menuliskan mimpi itu, karena mungkin mimpi itu mengandung maksud rahasia didalamnya. Namun jika terlalu janggal, mungkin itu hanya karena otak saya sedang berusaha merangkaikan kisah yang lain yang bisa jadi itu adalah awal dari ide yang bisa dikembangkan berikutnya.
.
Mungkin mimpi dan impian itu terdengar mirip, tapi mimpi itu hanya angan-angan. Dan impian itu adalah sesuatu yang diinginkan dan harus dapat diwujudkan.


.phy.
*hanya cerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar